Nikon meluncurkan D5100 sebagai
penjelasan untuk Canon 600D beberapa tahun yang lalu. Sekedar
mengingatkan, meski D5100 maupun 600D masih tergolong kamera DSLR kelas
pemula, tapi harga keduanya cukup mahal. Jadi tak heran kalau kedua kamera ini
seperti kurang populer, misalnya orang yang dananya terbatas akan lebih
tertarik pada D3100 atau Canon 100D, atau 550D. Bagi yang dananya lebih mungkin
akan lebih tertarik pada Nikon D90 atau Canon 60D Lalu mengapa saya
memilih D5100? Simak review dan kesimpulan yang saya buat selengkapnya.
Nikon D5100 dijual satu paket bersama lensa kit 18-55mm VR sehingga bagi
yang belum punya lensa apapun tak perlu kuatir, andabisa langsung pakai untuk
memotret. Kamera ini menjadi generasi penerus dari D5000 yang dikenal sebagai
kamera DSLR Nikon pertama yang layarnya bisa dilipat. Desain layar lipat D5000
banyak dikritik karena flip down, sehingga tidak mengejutkan kalau di D5100 ini
desain flip LCD-nya diperbaiki menjadi flip kesamping kiri (seperti kamera
dengan LCD lipat pada umumnya). Sebagai DSLR pemula, D5100 masih memiliki
banyak kesamaan dengan adiknya D3100, yaitu bodi mungil berbahan plastik, tanpa
motor fokus, modul metering 420 piksel RGB yang kuno (D40 saya sudah memakai
modul ini 5 tahun yang lalu), viewfinder cermin (bukan prisma), minim tombol
akses langsung dan tidak ada layar LCD kecil di bagian atas.
Body D5100
Nikon D5100 yang saya beli buatan
Thailand, entah sebelum atau sesudah banjir besar yang menggenangi
pabrik Nikon di Thailand beberapa bulan silam. Saya coba
positive thinking aja, semoga tidak ada masalah dengan kualitas dan kinerjanya.
Saya rasakan kualitas bahan dari bodi D5100 masih sama seperti Nikon lainnya
yaitu cukup kokoh, sambungannya rapat dan tidak ada kesan longgar / ringkih.
Sayangnya tombol empat arah terasa kurang enak ditekan, seperti terlalu
empuk. Paling menyebalkan adalah pintu SD card di sebelah kanan yang terasa
agak longgar meski saat kondisi tertutup.
Tidak banyak perbedaan ukuran yang berarti antara D40 dengan D5100,
keduanya sama-sama kecil dan ringan, lagi-lagi gripnya terasa agak kekecilan
untuk tangan saya. Tapi saya menyukai lapisan karet di bagian grip dan tumpuan
jempol kanan yang memberi kenyamanan ekstra saat menggenggam. Desain D5100
sepintas mirip dengan DSLR Nikon lain bila dilihat dari depan, tapi begitu
dilihat dari belakang barulah tampak sangat banyak perubahan tata letak tombol.
Hal ini akibat engsel layar lipat yang kini berada di kiri, sehingga harus
mengusir banyak tombol yang biasanya berderet di sebelah kiri. Jadilah tombol
MENU dan INFO pindah ke bagian atas, sementara tombol PLAYBACK, ZOOM IN dan
ZOOM OUT pindah ke bagian sisi kanan. Bagi yang biasa memakai kamera DSLR Nikon
pasti akan merasa aneh saat pertama memakai D5100 karena banyaknya perubahan
tata letak tombol. Tapi bagaimanapun Nikon tetap melakukan reposisi tombol
dengan apik, tidak terkesan ‘berantakan’ dan masih mudah dijangkau oleh jempol
kanan kita (kecuali tombol MENU yang perlu memakai jempol kiri). Alhasil
saya pun tidak kesulitan saat beradaptasi dengan migrasi tombol-tombol
tersebut. Toh sisi baiknya juga ada, saya jadi bisa mengoperasikan kamera
dengan satu tangan karena mayoritas tombol bisa diakses oleh jempol kanan saya.
Satu hal yang saya suka dari bodi D5100 adalah layar LCD-nya. Selain
ketajaman layar yang sangat baik (900 ribu piksel), saya juga suka desain
lipatnya yang fleksibel, dan bisa diputar dengan posisi layar masuk ke dalam
bodi untuk melindungi layar saat tidak dipakai. Nikon D5100 punya dua sensor
remote, satu di bagian depan dan satu di belakang (dekat tombol MENU). Di
bagian atas tampak ada tombol warna merah khusus untuk merekam video. Di sisi
kiri ada pintu karet yang bila dibuka akan tampak beberapa port seperti untuk
USB (dan multifungsi dengan kabel AV), HDMI, GPS dan mic eksternal. Di bagian
bawah ada pintu untuk melepas baterai. Desain slot baterai sudah semakin baik
dengan sistem pengaman sehingga bila tutup baterai dibuka, baterai tidak
langsung meluncur lepas dari kamera.
Lihatlah D5100 dengan posisi layar
terbuka seperti di atas. Konsep layar begini semestinya bisa diterapkan di semua
DSLR karena bisa berguna saat kamera diangkat tinggi-tinggi atau memotret
sambil jongkok (dengan mode live-view tentunya).
Layar lipat begini juga enak untuk dipakai merekam video dengan angle yang sulit.
Beberapa Fitur
Kamera D5100 termasuk kamera pemula
dengan fitur lengkap. Beda dengan D3100 yang fiturnya cukup basic, maka pada
D5100 beberapa setting yang lebih canggih disertakan juga seperti HDR mode, 14
bit RAW, bracketing, berbagai level Active
D-Lighting dan berbagai Effect mode. D5100
juga punya sensor yang lebih tinggi resolusinya (16 MP vs 14 MP), ISO maksimum
yang lebih tinggi (6400 vs 3200), burst lebih
cepat (4 fps vs 3 fps) dan punya layar LCD yang tajam (900 ribu piksel vs 230
ribu) serta bisa dilipat. Tapi D5100 dan D3100 sama dalam hal modul metering,
modul AF dan sama-sama tidak dibekali motor fokus (jadi untuk bisa auto fokus
harus pakai lensa AF-S).
Pada shooting mode selain
ada mode standar Auto, P, A, S, M dan Scene Mode, terdapat juga mode Effect yang menarik, meski belum tentu dibutuhkan.
Pilihan Effect yang ada diantaranya Miniature effect, Night Vision, Low Key,
High Key, Selective color, Sketch, Siluet dan Color swap. Justru fitur yang
saya suka di D5100 adalah HDR shooting yang
bisa mengambil dua foto dengan berbeda eksposur lalu menggabungkan keduanya dan
menghasilkan satu gambar dengan rentang dinamis yang lebih lebar. No PC required!!
Menu di D5100 pun agak berbeda dengan
D3100. Menu di D5100 lebih menyamai kamera kelas diatasnya seperti D90 atau
D7000 dengan ciri punya berbagai Custom setting yang
kompleks dengan kode huruf dan warna.
Soal kemampuan rekam video D5100 ini
sudah sangat baik dengan full HD movie , berbagai pilihan frame rate, mode AF-F (fokus kontinu) dan mic
eksternal (sayangnya built-in mic masih mono). Tidak ada kemampuan manual
eksposur pada D5100 saat merekam video, kita perlu menentukan dulu bukaan yang
diinginkan sebelum mulai merekam. Kabar baiknya, kita bisa mengatur level
sensitivitas microphone bahkan bisa diset ke-off.
Kamera generasi baru seperti D5100
memang sudah bisa mengatur Picture Control untuk
hasil JPG yang bervariasi. Dengan begitu maka kita tidak perlu mengolah foto
satu persatu di komputer untuk mendapat kontras atau saturasi yang lebih tinggi
atau lebih rendah. Terdapat berbagai style yang
sudah diatur dari pabrik seperti Standard, Neutral, Vivid dan sebagainya. Bila
mau, setiap style bisa diatur lagi
parameternya seperti ketajaman, kontras, kecerahan, saturasi dan tone (hue)
warna. Dengan demikian maka setiap pemilik kamera D5100 bisa menyimpan style yang berbeda sesuai selera.
Fitur bracketing berguna
untuk mengambil tiga gambar yang berbeda setting, biasanya perbedaan terang
gelap atau eksposur (AE). Tapi di D5100 fitur ini diperluas menjadi ada
beberapa pilihan bracketing yaitu AE, WB dan
ADL bracketing.
Inilah
penjelasan singkat tentang nikon sang pemula. Terimakasih sudah mampir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar