Selasa, 27 Desember 2016

Antena Untuk Wardriving

Berikut ini adalah antena - antena untuk wardriving:

1. Omni-Directional Antena



Ini adalah jenis antena yang paling umum. Misalnya, antena di atas mobil Anda adalah antena omnidirectional. Ini dapat digunakan untuk tujuan 'point-to-multipoint' seperti untuk melayani sebagai antena router nirkabel yang mentransmisikan sinyal ke semua perangkat di sekitarnya.
Ini tidak cocok untuk digunakan untuk komunikasi point-to-point karena transmisi sinyal ke segala arah, ketika Anda ingin mereka pergi dari titik A ke titik B, adalah pilihan yang tidak efisien.

2. Parabolic



Antenna parabola tergantung pada lingkaran permukaan parabola melengkung yang berfokus sinyal menuju titik pusat. Hal ini memungkinkan antena ini untuk memadamkan keuntungan yang luar
biasa. Namun, antena parabola yang sangat terarah, yang berarti Anda perlu memastikan bahwa mereka menunjuk ke arah yang benar, jika tidak mereka mungkin benar-benar "perisai" sinyal. Karena gain tinggi, mereka cocok untuk titik jarak jauh ke titik komunikasi.

3. Yagi Antennas



Yagi Antennas, dinamai oleh Dr. Hidetsugu Yagi, memiliki balok pusat dengan banyak unsur individual didukung oleh balok. Unsur-unsur ini merupakan radiator dan reflektor. Sebuah variasi dari antenna yagi adalah antena 'Vagi', yang terdiri dari sisi dua balok berdampingan.

Demikian penjelasan singkat mengenai senjata wardriving atau antena wardriving. Terimakasih sudah mampir.

Jumat, 16 Desember 2016

Nikon Pemula





Nikon meluncurkan D5100 sebagai penjelasan untuk Canon 600D beberapa tahun yang lalu. Sekedar mengingatkan, meski D5100 maupun 600D masih tergolong  kamera DSLR kelas pemula, tapi harga keduanya cukup mahal. Jadi tak heran kalau kedua kamera ini seperti kurang populer, misalnya orang yang dananya terbatas akan lebih tertarik pada D3100 atau Canon 100D, atau 550D. Bagi yang dananya lebih mungkin akan lebih tertarik pada Nikon D90 atau Canon 60D Lalu mengapa saya memilih D5100? Simak review dan kesimpulan yang saya buat selengkapnya.


Nikon D5100 dijual satu paket bersama lensa kit 18-55mm VR sehingga bagi yang belum punya lensa apapun tak perlu kuatir, andabisa langsung pakai untuk memotret. Kamera ini menjadi generasi penerus dari D5000 yang dikenal sebagai kamera DSLR Nikon pertama yang layarnya bisa dilipat. Desain layar lipat D5000 banyak dikritik karena flip down, sehingga tidak mengejutkan kalau di D5100 ini desain flip LCD-nya diperbaiki menjadi flip kesamping kiri (seperti kamera dengan LCD lipat pada umumnya). Sebagai DSLR pemula, D5100 masih memiliki banyak kesamaan dengan adiknya D3100, yaitu bodi mungil berbahan plastik, tanpa motor fokus, modul metering 420 piksel RGB yang kuno (D40 saya sudah memakai modul ini 5 tahun yang lalu), viewfinder cermin (bukan prisma), minim tombol akses langsung dan tidak ada layar LCD kecil di bagian atas.
Body D5100
Nikon D5100 yang saya beli buatan Thailand, entah sebelum atau sesudah banjir besar yang menggenangi pabrik Nikon di Thailand beberapa bulan silam. Saya coba positive thinking aja, semoga tidak ada masalah dengan kualitas dan kinerjanya. Saya rasakan kualitas bahan dari bodi D5100 masih sama seperti Nikon lainnya yaitu cukup kokoh, sambungannya rapat dan tidak ada kesan longgar / ringkih.  Sayangnya tombol empat arah terasa kurang enak ditekan, seperti terlalu empuk. Paling menyebalkan adalah pintu SD card di sebelah kanan yang terasa agak longgar meski saat kondisi tertutup.

Tidak banyak perbedaan ukuran yang berarti antara D40 dengan D5100, keduanya sama-sama kecil dan ringan, lagi-lagi gripnya terasa agak kekecilan untuk tangan saya. Tapi saya menyukai lapisan karet di bagian grip dan tumpuan jempol kanan yang memberi kenyamanan ekstra saat menggenggam. Desain D5100 sepintas mirip dengan DSLR Nikon lain bila dilihat dari depan, tapi begitu dilihat dari belakang barulah tampak sangat banyak perubahan tata letak tombol. Hal ini akibat engsel layar lipat yang kini berada di kiri, sehingga harus mengusir banyak tombol yang biasanya berderet di sebelah kiri. Jadilah tombol MENU dan INFO pindah ke bagian atas, sementara tombol PLAYBACK, ZOOM IN dan ZOOM OUT pindah ke bagian sisi kanan. Bagi yang biasa memakai kamera DSLR Nikon pasti akan merasa aneh saat pertama memakai D5100 karena banyaknya perubahan tata letak tombol. Tapi bagaimanapun Nikon tetap melakukan reposisi tombol dengan apik, tidak terkesan ‘berantakan’ dan masih mudah dijangkau oleh jempol kanan kita (kecuali tombol MENU yang perlu memakai jempol kiri). Alhasil saya pun tidak kesulitan saat beradaptasi dengan migrasi tombol-tombol tersebut. Toh sisi baiknya juga ada, saya jadi bisa mengoperasikan kamera dengan satu tangan karena mayoritas tombol bisa diakses oleh jempol kanan saya.



Satu hal yang saya suka dari bodi D5100 adalah layar LCD-nya. Selain ketajaman layar yang sangat baik (900 ribu piksel), saya juga suka desain lipatnya yang fleksibel, dan bisa diputar dengan posisi layar masuk ke dalam bodi untuk melindungi layar saat tidak dipakai. Nikon D5100 punya dua sensor remote, satu di bagian depan dan satu di belakang (dekat tombol MENU).  Di bagian atas tampak ada tombol warna merah khusus untuk merekam video. Di sisi kiri ada pintu karet yang bila dibuka akan tampak beberapa port seperti untuk USB (dan multifungsi dengan kabel AV), HDMI, GPS dan mic eksternal. Di bagian bawah ada pintu untuk melepas baterai. Desain slot baterai sudah semakin baik dengan sistem pengaman sehingga bila tutup baterai dibuka, baterai tidak langsung meluncur lepas dari kamera.

Lihatlah D5100 dengan posisi layar terbuka seperti di atas. Konsep layar begini semestinya bisa diterapkan di semua DSLR karena bisa berguna saat kamera diangkat tinggi-tinggi atau memotret sambil jongkok (dengan mode live-view tentunya).  Layar lipat begini juga enak untuk dipakai merekam video dengan angle yang sulit.
Beberapa Fitur
Kamera D5100 termasuk kamera pemula dengan fitur lengkap. Beda dengan D3100 yang fiturnya cukup basic, maka pada D5100 beberapa setting yang lebih canggih disertakan juga seperti HDR mode, 14 bit RAW, bracketing, berbagai level Active D-Lighting dan berbagai Effect mode. D5100 juga punya sensor yang lebih tinggi resolusinya (16 MP vs 14 MP), ISO maksimum yang lebih tinggi (6400 vs 3200), burst lebih cepat (4 fps vs 3 fps) dan punya layar LCD yang tajam (900 ribu piksel vs 230 ribu) serta bisa dilipat. Tapi D5100 dan D3100 sama dalam hal modul metering, modul AF dan sama-sama tidak dibekali motor fokus (jadi untuk bisa auto fokus harus pakai lensa AF-S).

Pada shooting mode selain ada mode standar Auto, P, A, S, M dan Scene Mode, terdapat juga mode Effect yang menarik, meski belum tentu dibutuhkan. Pilihan Effect yang ada diantaranya Miniature effect, Night Vision, Low Key, High Key, Selective color, Sketch, Siluet dan Color swap. Justru fitur yang saya suka di D5100 adalah HDR shooting yang bisa mengambil dua foto dengan berbeda eksposur lalu menggabungkan keduanya dan menghasilkan satu gambar dengan rentang dinamis yang lebih lebar. No PC required!!


Menu di D5100 pun agak berbeda dengan D3100. Menu di D5100 lebih menyamai kamera kelas diatasnya seperti D90 atau D7000 dengan ciri punya berbagai Custom setting yang kompleks dengan kode huruf dan warna.

Soal kemampuan rekam video D5100 ini sudah sangat baik dengan full HD movie , berbagai pilihan frame rate,  mode AF-F (fokus kontinu) dan mic eksternal (sayangnya built-in mic masih mono). Tidak ada kemampuan manual eksposur pada D5100 saat merekam video, kita perlu menentukan dulu bukaan yang diinginkan sebelum mulai merekam. Kabar baiknya, kita bisa mengatur level sensitivitas microphone bahkan bisa diset ke-off.

Kamera generasi baru seperti D5100 memang sudah bisa mengatur Picture Control untuk hasil JPG yang bervariasi. Dengan begitu maka kita tidak perlu mengolah foto satu persatu di komputer untuk mendapat kontras atau saturasi yang lebih tinggi atau lebih rendah. Terdapat berbagai style yang sudah diatur dari pabrik seperti Standard, Neutral, Vivid dan sebagainya. Bila mau, setiap style bisa diatur lagi parameternya seperti ketajaman, kontras, kecerahan, saturasi dan tone (hue) warna. Dengan demikian maka setiap pemilik kamera D5100 bisa menyimpan style yang berbeda sesuai selera.

Fitur bracketing berguna untuk mengambil tiga gambar yang berbeda setting, biasanya perbedaan terang gelap atau eksposur (AE). Tapi di D5100 fitur ini diperluas menjadi ada beberapa pilihan bracketing yaitu AE, WB dan ADL bracketing.

Inilah penjelasan singkat tentang nikon sang pemula. Terimakasih sudah mampir.

Galeri





        

Selasa, 13 Desember 2016

Panggilan Alam ( Cerpen )





Pagi ini sejuk sekali, mentari setinggi tombak melelehkan embun pagi yang berkilau bak berlian di atas tanaman hijau depan kampus. Bunga bermekaran di taman kecil samping danau kampus, aku menyambut riang dengan melebarkan senyum manisku perlahan, sambil menaiki anak tangga menuju lantai dua, lantai dimana ruang kelas ku berada.
Hari ini adalah hari terakhir ujian semester, libur panjang menunggu ku disana. Aku memasuki ruang kelas dengan semangatku, menghentakkan kaki ku yang memakai sepatu converse dengan santai. Di ruang kelas sudah hadir beberapa anak rajin, muka riang mereka menyambut ku ramah.
“Hay..Dit” mereka menyapaku,
“Hay...” Aku membalasnya seraya tersenyum.
 Aku langsung duduk dibangkuk bagianku, ku letakkan tas ku yang berisi laptop di atas meja belajarku, membuka laptop dan  menyalakan tombol powernya. Ini adalah kebiasan kami di kampus, termasuk aku, datang lebih awal dari jadwal mata kuliah yang seharusnya, hanya untuk memanfaatkan ‘tethering Wi-Fi’ kampus yang gratis. Dan setidaknya ini adalah yang dinamakan kreatif, mereduksi biaya pengeluaran dengan cara yang praktis, artinya tidak perlu merogoh kantong mahal-mahal hanya untuk online. Apalagi hidup merantau dan jadi anak kost di Ibukota Jakarta seperti ini, uang sepersen pun sangat berharga di mata kami.
Desktop laptop ku menyala terang dengan pemandangan background samudera Awan di atas puncak gunung yang tinggi, ini hanya fotoku di atas puncak Mahameru (Gunung Semeru) yang sedang mengangkat bendera Merah Putih dalam pendakian ‘Camping Ceria’ beberapa tahun yang lalu bersama teman-teman lama ku. Lihat foto yang terpampang di desktop, aku jadi kangen teman-teman ku dalam pendakian ini, Aku langsung kepikiran untuk langsung login ke Akun Email ku yang pertama kali. Setelah login, disana ada banyak kotak masuk dengan nama akun yang bercetak hitam tebal, baik nama akun yang dikenal maupun akun yang tidak dikenal. Aku menelusuri satu-satu dan membuka kembali riwayat-riwayat obrolan kami dulu. Tunggu sebentar, sepertinya ada email dari orang penting. Klik..
“Dengan hormat,
Kami dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, selaku pihak penyelenggara Lomba ‘Gunung Bukan Tempat Sampah’ beberapa bulan yang lalu, memilih saudara-saudari sebagai Tim Pendaki / Pecinta Alam terbaik dengan meraih Juara I, dan berhak mendapatkan penghargaan dan rangkaian acara selanjutnya. Sebagai pertimbangan dan informasi lebih lanjut kami melampirkan soft dokumen sebagai berikut......” bla.. bla.. bla...
Mataku berkaca, membulat dan rasanya ingin teriak bahagia di ruang kelas berukuran sempit ini. Mengabaikan isi email lain yang belum sempat ku baca, kemudian ku arahkan kursor ke arah soft dokumen yang di lampirkan di email tersebut, Aku tidak menyangka dengan isi email ini, yang menunjuk kami sebagai Tim Pendaki / Pecinta Alam terbaik dalam lomba beberapa bulan yang lalu. Dan padahal seingatku, kami berempat saat itu tidak begitu serius mengikuti lomba itu, hanya iseng ikut sebagai pengisi waktu yang kosong dan sekaligus reuni, karena kebetulan jarak kami berempat lumayan berjauhan dan jarang kumpul di karenakan sibuk.
Aku bergegas mengambil Handphone yang ku letakkan di samping laptop ku. Kemudian mengetik dan menyebarkan SMS dengan isi yang sama ke ketiga temanku Rully, Dila dan Ayu. Beberapa menit kemudian Dosen dengan mata kuliah pertama hari ini masuk. Aku meletakkan handphone kedalam tas ku, ku biarkan dia menunggu manis balasan SMS dari teman-teman ku itu hingga ujian selesai.
Ujian dengan mata kuliah yang pertama hari ini selesai, Dosen pun sudah meninggalkan ruang kelas beberapa menit yang lalu. Di luar cerah dengan matahari yang menyala dan panas. Balasan SMS yang ku tunggu dari tadi belum juga menderingkan nada notifikasi handphone ku yang ku setting sebagai nada SMS. Mungkin mereka sibuk pikirku, Ku login kembali akun email ku, dan ku forward email dari Kementerian Lingkup dan Kehutanan tersebut ke Akun Rully, Dila dan Ayu, Semoga mereka membaca nya.
Senja sore ini mulai tenggelam di ufuk barat, meninggalkan anak-anak manusia terlantar menyambut malam yang gelap. Aku berjalan pulang  menuju kost ku yang letaknya tidak begitu jauh dari kampusku, melawan rasa kecewa sambil melihat handphone yang dari tadi tidak ada satupun balasan dari ketiga teman yang Aku harap kan itu. Tiba depan kost, Aku masuk masih dengan muka kecewa di bumbu dengan kusam debu kendaraan di jalanan tadi. Ku rebahkan badanku di atas kasur kecil sambil menatap ke atas ke arah tas ransel yang menggantung di dinding kamar ku. Rasanya lelah sekali.
Tiba-tiba....
“Kriiinnggg... kriiinggg....” Handphone ku berdering, itu suara panggilan masuk. Mata yang hampir saja ku lelapkan karena ngantuk, tiba-tiba melotot semangat.
“Halo,,,!” Aku menyapa panggilan masuk nomor baru dengan nada datar,
“Iyahh haloo, Adit yah?” suara perempuan ternyata
“Iyah, ini siapa?”
“Ini Dila Dit, sorry aku telepon pake nomor teman. Kamu lagi dimana sekarang?”  ternyata Dila, Aku senang menyambut suara itu.
“Hey,, Aku lagi di kost sekarang, kemana saja kamu?” Aku bertanya balik,
“Sorry Dit, hari ini Aku sibuk banget, jadi gak sempat langsung nelpon kamu tadi. Oh iyah, tadi SMS dan Email yang kamu kirim udah Aku baca kok sama Ayu di Kampus, kayak nya kita OK Dit. Gini aja, Hari Minggu besok Kita berempat bisa ngumpul gak?”
“Ok, Aku coba hubungi Rully dulu yah”
“Ok.” Kami mengakhiri panggilan.
Kemudian Aku mencoba menghubungi Rully yang dari tadi di Hubungi gak Aktif-aktif, setelah beberapa kali aku mencoba ternyata hasilnya masih nihil, masih belum aktif. Aku hempaskan handphone ku di atas meja belajarku, sambil menunggu balasan SMS atau apa lah itu dari Rully. Dan beberapa jam kemudian, Rully membalas SMS ku.
“Ok, Dit. Aku ikut. Besok hari minggu ketemu di tempat biasa yah.!”
Pesan singkat yang sangat singkat, dan setidaknya menghapus kekecewaan ku yang menunggu balasan SMS nya dari tadi. Kemudian aku informasi ke ketiga teman ku itu.
Hari Minggu tiba, kami ketemuan dan berkumpul di tempat yang kami janjikan kemarin, Aku yang sebagai ketua Tim menjelaskan banyak detail-detail rangkaian acara sebuah Tugas dari Email Kementerian bermisi “Penyuluhan Alam Bersih, Alam Hijau, Alam Ku Sehat” ke salah satu perkampungan jauh di pelosok Provinsi Nusa Tenggara Barat. Aku beruntung punya tim pendaki yang member nya sehati seperti mereka, kemana pun langkahnya searah. Disini juga ada cewek cantik si Dila yang bisa kami andalkan untuk masalah penyuluhan ke pelosok – pelosok pedalaman. Dia sangat lihai dan berpengalaman dalam travelling seperti ini, dan beberapa minggu yang lalu pun dia baru saja pulang dari pedalaman suku baduy, Banten, itu perjalanan kelima kali nya ia kesana. Sebagai petualang dari kampung, tentunya aku juga tidak kaget dengan schedule ini, lagi pula dua orang tuan rumah di Ibukota ini, Rully dan Ayu terlihat enjoy saja di kursi seberang sana.
Semuanya sudah paham dengan penjelasan schedule nya, kami mengakhiri diskusi hari ini. Kemudian kami bergegas meninggalkan tempat kami, dan mulai mengurus semua administrasi serta mengkonfirmasi persetujuan kami ke kantor pihak penyelenggara sesuai petunjuk email yang kami baca. Kami disambut baik oleh petugas yang sedang bertugas disana. ‘Terima kasih’, hati kecilku ucap bahagia.
Hari – hari pun berlalu. Hari ini adalah hari keberangkatan kami, kami berempat ditemani ‘guide’ berpengalaman bernama Bang Ipin (Nama panggilan sebaya) utusan dari pihak penyelenggara, baiklah, jadi kami berlima. Duduk menunggu jadwal penerbangan Jakarta – Lombok di gate 7, Bandara Soekarno – Hatta. Kami sengaja memilih penerbangan jurusan Lombok untuk sekaligus mampir di tanah dengan julukan tanah 1001 mesjid itu, selain tiket nya murah sekaligus menikmati pemandangan alam yang ‘wah’ di sana. Yang kemudian besok siang rencananya via jalur darat dengan menaiki Bus untuk menuju tanah Bumi ‘Nggahi Rawi Pahu’ , Dompu.
Jam keberangkatan tiba. Suara panggilan petugas dengan microphone merespon telinga kami yang sedang bergurau dan ngobrol sama Bang Ipin sejak 30 menit tadi, kami dan para penumpang berbondong- bondong memasuki badan pesawat. Pesawatnya take off, kami berangkat. Penerbangan yang luar biasa, kebetulan aku duduk tepat disamping kaca jendela pesawat, kacanya bening tembus pandang, siapa saja akan bilang ‘keren’ dengan suguhan pemandangan alam diatas sini. Pemandangan diatas awan yang kali ini berbeda dengan pemandangan di atas seperti yang sebelumnya (di atas puncak gunung), disini kami bisa melihat langsung luas dan seberapa tinggi nya gunung – gunung  dan laut yang membentang di bawah pesawat kami, pulau Bali yang hijau dan luas, kemudian setelah melewati pulau Bali ada gunung Rinjani yang indah dan pemandangan lain yang tak kalah menarik disekitarnya.
Penerbangan akhirnya landing di bandara Internasional Lombok Praya. Kami bernafas lega di sejuknya tanah Lombok, NTB. Kemudian dilanjutkan naik taksi untuk mencari penginapan semalam. Dan kami bagi dua kelompok, karena taksi tidak muat untuk menampung kami berlima sekaligus. Sore semakin gelap, senja mulai acuh meninggalkan kami tanpa kata. Akhirnya Kami menginap di hotel yang berada di pusat kota Mataram, Lombok.
Detik – detik berganti, menggelar pagi yang menikmati lelap nya. Pagi ini kami mulai repacking barang – barang bawaan kami ke dalam ransel, dan segera menuju terminal mandalika, Bertais. Tak lama di terminal Mandalika, kami langsung menuju tempat tujuan kami via jalur darat menggunakan Bis eksekutif. Huuuff... lagi – lagi kami di suguhi pemandangan yang luar biasa, dari Lombok , Sumbawa dan hingga Dompu, sayangnya nyampe Dompu malam, hanya gelap hitam pekat yang menjadi pemandangan terakhir di tempat tujuan kami ini. Kami bermalam di rumah Kepala Desa, keluarga mereka menyambut kami bahagia. ‘Terima kasih Tuhan’, Sembari merebahkan badan di atas kasur yang sudah disiapkan untuk kami.
Tak ada badai, hanya angin pagi kecil disertai mentari pagi yang bangkit perlahan dari arah bukit di ufuk timur. Desa yang dingin sekali. Kami menikmati pagi ditemani Kepala Desa dengan jalan santai sambil memeluk siku mencoba menahan tusukan dingin ini. Berjalan menuju posko yang bakal jadi penyuluhan beberapa jam lagi sambil keliling – keliling disekitar perkampungan kecil ini. Teman – teman membulatkan mata di tengah kesejukan pagi, sesekali tersenyum sambil menunjuk ‘ada sesuatu disana.!’. Ini luar biasa sekali Tuhan.
Tiba di posko, Dila kami tunjuk sebagai narasumber untuk penyuluhan, bukan berarti tidak percaya dengan kemampuan diri sendiri ataupun yang lainnya, hanya saja demi kelancaran tugas ini kami tunjuk Dia yang sudah berpengalaman untuk menangani nya, tapi kami juga tidak tinggal diam, kami selalu ada disampingnya dan siap membantu.
“ Dit, coba kau lihat itu” Rully berbisik kecil ke telinga ku, matanya sambil menunjukkan ke arah papan yang memang sudah disiapkan gambar – gambar dan materi untuk hari ini. Aku sedikit tersengal melihat gambar – gambar disana. Sementara Dila dengan lincahnya menggerakkan bibirnya menjelaskan materi. Ternyata di balik kesejukan Desa ini ada hal – hal yang tidak lazim yang terjadi disana. Di gambar – gambar yang di tempelkan itu menjelaskan dengan detail dan rinci sekali tentang keadaan sebenarnya bukit dan alam di sekitar Desa ini, yang jadi korban manusia tidak paham aturan dan tidak punya kesadaran. Menyedihkan sekali, Aku kira bukit – bukit yang jadi pemandangan pagi tadi adalah sebuah anugerah yang tanpa masalah, ternyata tidak, hanya karena melihat dari jauh Aku tidak mengetahuinya. Banyak pohon yang tumbang akibat penebangan liar dan lahan gundul tanpa penghijaun yang terpampang di gambar yang di tempelkan itu.
“Bapak – bapak dan Ibu – ibu yang kami hormati. Penebangan pohon tidak harus dengan cara seperti ini......” Dila menegaskan perkara ini sambil mengarahkan tangannya ke arah gambar – gambar yang di tempel disana.
“......kita perlu memberlakukan aturan – aturan untuk mencegah hal – hal yang seperti ini. Banyak cara – cara lain yang perlu kita lakukan untuk tetap melestarikan lingkungan kita agar tetap hijau. Seperti contoh, di adakan sistim tebang pilih misalnya, itu pun harus di ikuti dengan yang namanya reboisasi atau penanaman kembali pohon – pohon baru sebagai pengganti pohon yang hilang di tebang sebelumnya...” Dila melanjutkan penjelasannya. Semuanya mengangguk paham.
Menit – menit berganti. Tak terasa hari ini hari ketiga, yang artinya hari terakhir kami di Desa ini. Kami membantu banyak warga – warga selama tiga hari disini. Dari penyuluhan hingga upaya – upaya untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan alam yang kembali hijau dalam bentuk kerja nyata. Kami sangat senang dengan bentuk penghargaan ini, kami mendapatkan pengalaman baru yang luar biasa dari sebelum – sebelumnya. Sambutan mereka ketika kedatangan sampai melepaskan kami pergi pun masih antusias dari muka mereka sekarang, mengharukan sekali. Ini bukan hanya sekedar tugas dan penghargaan menurutku, mungkin Tuhan menunjuk kami untuk datang menghadiri “Panggilan Alam” yang sudah lama menjerit. Semoga yang kami tinggalkan adalah ilmu berharga yang tak pernah mati sampai kami kembali pulang ke tempat kami. Terima kasih Tuhan....... ( Kami Pulang).